Tanpa Judul a.k.a Asal-Asalan
Seorang Edison yang diperolok gurunya dan dikeluarkan dari sekolah karena bodoh, namun tak disangka mampu menciptakan 1000 alat termasuk bohlam. Seorang Beethoven yang mampu menciptakan symphony 3 "EROICA" padahal dia menderita tuli. Seorang Mother Teresa yang jauh-jauh pergi ke Kalkutta ( sebuah kota terpencil di India ) hanya untuk merawat pasien penderita lepra.
Pernahkah kita memikirkan secara mendalam bagaimana orang-orang ini masih menyimpan sebuah harapan meski diliputi nuansa keterbatasan ?? Sebuah harapan memang akan sia-sia jika tidak ada usaha yang dilakukan. Sepert teori hak dan kewajiban, kerjakan dulu kewajiban Anda, kemudian baru dapat haknya. Tapi, terkadang manusia sulit memahami konsep ini. Mereka berasumsi bahwa usaha yang dilakukan akan sia-sia karena adanya permainan takdir. Seakan takdir diibaratkan sebagai "tukang pilih-pilih" sehingga melahirkan anggapan bahwa seakan Tuhan itu tidak adil.
Tapi benarkah Sang Pemilik Kehidupan memang tak adil ? Bukankah takdir pun bisa "diakali" ?
Asumsi-asumsi diatas merupakan cerminan dari pandangan para skeptis. Tidak ada usaha yang nyata, seakan-akan dunia dibiarkan berjalan begitu saja. Apakah manusia yang berpikir optimis di dunia ini sudah berkurang jumlahnya??
Who knows??
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)